Namun, yang membuat saya bingung Kedubes Malaysia melayangkan surat kepada Indonesia dan menyatakan penyesalan terhadap Indonesia, sehingga membuat rakyat di Negara Jiran menjadi terganggu dan memutuskan untuk tidak menerima Tenaga Kerja Indonesia dan menuntut Indonesia meminta maaf kepada Malaysia.
Sebaiknya pemerintah Indonesia bukannya meminta maaf kepada Malaysia tetapi harus menyatakan dan berteriak sekeras-kerasnya, Ganyang Malaysia seperti yang dilakukan oleh Bung Karno pada saat demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman-Perdana Menteri Malaysia saat itu-dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledek.
Bung Karno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak Lambang Negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia.
Apa yang dilakukan oleh pejabat-pejabat di negara ini, ketika hampir semua bidang seni dan kebudayaan serta pulau dan batas wilayah Indonesia menjadi klaim atas milik Malaysia. Hampir semua hanya mampu berotorika saja padahal kejadian orde lama pada saat pemerintahan Bung Karno seolah sudah terulang lagi, ketika Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diubah semua liriknya dengan lirik yang menghujat, menyinggung, serta mengolok-olok harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Apakah ini menunjukkan keterpurukan bangsa ini, yang hanya bisanya berdebat saja. Semua permasalahan selalu diperdebatkan yang pada hal harus menjadi prioritas utama bagi bangsa ini. pemberantasan teroris dengan akan masuknya TNI pun menjadi perdebatan padahal ini adalah musuh bersama bangsa ini, termasuk Malaysia yang selalu berbuat seenak udelnya aja mau mengambil dan memenuhi kebutuhan negaranya yang kurang akan kebudayaan dan miskin akan sumber daya alam.