WELCOME

Selamat datang fren... Selamat bergabung semoga menyenangkan...

Jumat, 04 September 2009

Yang Teraniaya

Indonesia dan Malaysia adalah dua negara tetangga yang berasal dari satu rumpun, yaitu rumpun melayu. Kedua negara ini memiliki kedekatan dan kemiripan yang sangat erat, baik secara geografis maupun kemiripan kebudayaan. Hubungan bilateral ini sebenarnya sudah kurang baik sejak dahulu, yaitu sejak jaman orde lama pada saat pemerintahan Bung Karno sehingga terjadinya konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1963. Saat ini Malaysia sudah banyak mengklaim milik Indonesia menjadi miliknya, mulai dari batas wilayah, pulau, seni, kebudayaan, dll. Beberapa klaim Malaysia seperti yang baru-baru saja beredar kalim Malaysia atas suatu pulau yang terletak di Kabupaten Rokanhilir, Provinsi Riau yang dimasukkan ke dalam promosi wisata Selangor, Malaysia, yaitu Pulau Jemur. Tari Pendet Bali atau tari selamat datang untuk menyambut tamu-tamu yang datang ke pulau dewata tari inipun masuk ke dalam klaim kepemilikan Malaysia, Reog Ponorogo, keris, lagu Rasa Sayange (Maluku), alat musik Angklung (Jawa Barat), Kebaya dan Batik dengan beberapa motif ikut pula diklaim oleh Malaysia, Wayang Kulit dan Wayang Golek pun tak luput dari klaim sepihak oleh Malaysia. Hal ini membuat anak-anak bangsa ini mulai meronta seakan tak sanggup lagi untuk melihat kecongkakan Malaysia. Para hacker Indonesia pun turut meramaikan aksi-aksi melalui dunia maya, demonstrasi di mana-mana dengan melempari kantor kedubes Malaysia untuk Indonesia sampai pembakaran terhadap bendera Malaysia.

Namun, yang membuat saya bingung Kedubes Malaysia melayangkan surat kepada Indonesia dan menyatakan penyesalan terhadap Indonesia, sehingga membuat rakyat di Negara Jiran menjadi terganggu dan memutuskan untuk tidak menerima Tenaga Kerja Indonesia dan menuntut Indonesia meminta maaf kepada Malaysia.

Sebaiknya pemerintah Indonesia bukannya meminta maaf kepada Malaysia tetapi harus menyatakan dan berteriak sekeras-kerasnya, Ganyang Malaysia seperti yang dilakukan oleh Bung Karno pada saat demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman-Perdana Menteri Malaysia saat itu-dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledek.

Bung Karno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tunku yang menginjak-injak Lambang Negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia.

Apa yang dilakukan oleh pejabat-pejabat di negara ini, ketika hampir semua bidang seni dan kebudayaan serta pulau dan batas wilayah Indonesia menjadi klaim atas milik Malaysia. Hampir semua hanya mampu berotorika saja padahal kejadian orde lama pada saat pemerintahan Bung Karno seolah sudah terulang lagi, ketika Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diubah semua liriknya dengan lirik yang menghujat, menyinggung, serta mengolok-olok harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Apakah ini menunjukkan keterpurukan bangsa ini, yang hanya bisanya berdebat saja. Semua permasalahan selalu diperdebatkan yang pada hal harus menjadi prioritas utama bagi bangsa ini. pemberantasan teroris dengan akan masuknya TNI pun menjadi perdebatan padahal ini adalah musuh bersama bangsa ini, termasuk Malaysia yang selalu berbuat seenak udelnya aja mau mengambil dan memenuhi kebutuhan negaranya yang kurang akan kebudayaan dan miskin akan sumber daya alam.